Breeding Murai Batu, Problem & Solusinya (# 1)

Dalam melakukan breeding murai batu pasti tidak lepas dari kendala dan masalah. Ragam atau masalah yang dialami oleh setiap penangkar murai batu adalah berbeda-beda satu dengan yang lain, dan terkadang bisa juga masalah yang dihadapi sama akan tetapi berbeda dalam hal penyelesaiannya. Justru inilah yang menarik dan bisa dijadikan bahan diskusi. Berikut ini adalah beberapa masalah dan solusi dalam melakukan breeding murai batu :

  1. Indukan Sulit dalam berjodoh
    Salah satu tahapan breeding murai batu adalah proses penjodohan induk, penyebab burung sulit berjodoh adalah burung masih terlalu liar (hasil tangkapan hutan), burung kurang sehat, defisiensi nutrisi, masih belum cukup umur, ganti bulu dan masih belum birahi.
  2. Jodoh, disatukan berkelahi
    Pasangan yang sudah berjodoh sewaktu dipasangkan, tetapi tidak akur lagi saat disatukan dalam kandang penangkaran. Kasus tersebut terjadi karena pasangan belum benar-benar berjodoh atau salah satu belum birahi sehingga salah satu pasangan nya bersikeras dan mengejar-ngejar. Selain itu umur betina yang jauh lebih tua dari jantanya mengakibatkan murai yang berjodoh menjadi tidak akur lagi.
  3. Kawin, tetapi tidak bertelur
    Ada beberapa kemungkinan indukan yang kawin tetapi tidak mau bertelur. Pertama, betinanya sudah tidak produktif lagi karena sudah terkuras sebelumnya dan sudah waktunya diapkir. Salah satu pasangan masih muda usianya, kekurangan vitamin dan gizi, betina atau jantanya pernah mengalami penyakit.
  4. Telur selalu bening
    Telur yang selalu bening dakibat dari perkawinan yang tidak sempurna. Pemecahanya adalah dengan pemangkasan bulu dibagian dubur nya. Namun bisa juga karena pasangan tidak kawin, padahal betina nya sudah cukup birahi. Jadi telur yang dihasilkan tidak dibuahi. Penyebab lainnya jantan atau betina mengalami kemandulan.
  5. Telur tidak bisa keluar dari anus
    Penyebab permasalahan telur tidak bisa keluar dari anus atau kloaka (egg binding), diantaranya betina pertama kali bertelur, betina sudah tua dan sudah banyak bertelur, atau kekurangan vitamin. Permasalahan tersebut dapat diatasi dengan cara memasukkan burung ke dalam inkubator dan memberinya pemanasan lampu listrik berwatt besar (40-60 watt). Selain itu, membantu pengeluaran telur dengan mengurut-urut bagian perutnya.
  6. Pasangan membuang telur
    Jika ada pasangan yang membuang telur, penyebabnya adalah emosi yang tinggi karena bersaing kicauan dengan pasangan lain di dekat kandangnya. Selain itu, pengaruh lingkungan yang buruk sehingga membuat burung stres bisa menyebabkan hal tersebut terjadi.
  7. Bertelur diluar sarang
    Bertelur di luar sarang dapat disebabkan oleh pasangan yang sudah berjodoh dan sudah kawin di sangkar penjodohan, tetapi belum kenal situasi kandang dan sarang, sedangkan indukan betinanya sudah siap bertelur. Penyebab lainnya adalah buruknya kondisi lingkungan sehingga induk takut bertelur di sarang. Selain itu, betinanya berkarakter buruk akibat perawatan awal yang kurang baik.
  8. Mogok bertelur
    Mogok merupakan persoalan lain yang dihadapi penangkar pada indukan murai yang ditangkarkan karena burung stres. Adapaun penyebab stres, diantaranya faktor buruknya lingkungan, kekurangan pakan, penurunan kondisi fisik, dan tidak terjadi perkawinan karena jantannya kurang sehat.
  9. Tidak mau mengerami telurnya
    Pasangan murai yang tidak mau mengerami telurnya bisa terjadi pada indukan yang baru pertama kali bertelur atau pasangan yang belum terlalu dewasa. Penyebab lainnya adalah watak burung induk yang mau kawin dan bertelur, tetapi tidak mau mengerami telurnya.
  10. Induk mati saat mengerami telurnya
    Kasus indukan mati saat mengerami telurnya bisa disebabkan oleh penyakit atau terkejut. Faktor lain yang bisa menyebabkan kematian induk saat mngerami telur adalah terlalu banyak kawin atau bertelur dalam kondisi fisiknya terus menurun.

Sofwan

Testing, mangan kates iku penting...

Tulisan Terkait

Tak Ada Komentar

Tinggalkan sebuah Komentar