Dasar-Dasar Ilmiah Pemasteran Murai Batu

Pada kenyataannya pemasteran murai batu tidak dilakukan bukan tanpa dasar. Pemasteran murai batu ini dilakukan menggunakan dasar ilmiah. Berikut ini dasar ilmiah pemasteran murai batu yang disimpulkan dari penelitian Gregory Ball dan Stewart Hulse :

  1. A = Auditory Memory
    Variasi bunyi kicauan murai batu lebih merupakan sesuatu yang dipelajari oleh murai batu. Jadi, segala suara yang masuk atau terekam didalam memori murai batu, sejak masih di dalam sarang sampai usia muda, itulah yang akan dibunyikan murai batu, baik suara induknya, murai batu pejantan, hingga burung-burung lain. Tahap pertumbuhan di usia muda merupakan fase yang sangat kritis bagi murai batu yang membunyikan kicauannya di kemudian hari. Hal ini bisa dibuktikan bahwa murai batu yang tidak dibesarkan di lingkungan yang bersandingan dengan murai batu lain akan membunyikan kicauan yang sembarangan atau tidak menyerupai kicauan murai batu pada umumnya.
  2. B = Babbling
    Ketika mencapai usia puber, murai batu akan memulai tahapan kicauannya dengan suara yang halus dan tidak teratur (ngeriwik). Beberapa bulan kemudian, suara kicauannya berubah menjadi lebih keras (ngeplong). Beberapa bulan kemudian, suara kicauannya semakin membaik menjadi lebih teratur, jelas dan panjang. Akhirnya, setelah mencapai masa kedewasaan, suara kicauannya berubah menjadi sangat baik dan terdengar sangat jernih (mengkristal).
  3. C = Courtship
    Kebanyakan murai batu mengandalkan kemampuan berkicaunya untuk menarik perhatian lawan jenis atau pun bersaing dengan pejantan lain untuk mendapatkan pasangan. Terkait tingkah murai batu ini, sebuah penelitian menunjukkan bahwa persaingan murai batu bukan dinilai atau ditentukan dari besar dan panjang badan, melainkan dari suara kicauanya. murai batu yang mempunyai suara kicau lebih keras dan lebih variatif akan menjadi pemenang dalam pesaingan tersebut.
  4. D = Dialects
    Sebagaimana manusia, murai batu juga mempunyai dialek yang membedakan jenis mereka. Untuk murai batu medan, dialek kicauannya lebih jelas dan keras, banyak variasi lagunya, serta dibawakan secara panjang (teru-menerus). Untuk murai batu lampung, dialek kicauannya cenderung lebih pelan daripada murai batu medan. Selain itu, variasi lagunya banyak dan diulang-ulang. Untuk murai batu jambi, dialek kicauannya hampir mirip dengan murai batu lampung, tetapi terdengar lebih jelas. Sedangkan untuk murai batu nias, dialek kicauannya lebih cepat (dengan repetisi yang rapat) daripada murai batu jenis-jenis lain. Sementara, untuk murai batu kalimantan, dialek kicauannya kurang keras dan tidak memiliki variasi lagu yang banyak.
  5. E = Environment
    Interaksi sosial bisa berefek pada variasi lagu yang dibunyikan murai batu. Ketika murai batu mulai dimaster, banyak suara burung yang terekam didalam memorinya. Beberapa suara yang bertahan, pada akhirnya bisa dibunyikan murai batu dikemudian hari. Sementara, beberapa suara yang lain akan terhapus sehingga tidak bisa dibunyikan murai batu dikemudian hari. Hal seperti ini bisa terjadi karena hanya suara yang mirip dengan lagu kicauan kedua induknyalah yang nantinya terserap secara sempurna di dalam memori murai batu.
  6. F = feedback
    Meskipun sudah dewasa, murai batu tetap perlu diperdengarkan suara-suara yang dulu pernah dipelajarinya melalui metode pemasteran. Bentuk suara-suara tersebut, entah yang berasal dari spesiesnya sendiri maupun yang berasal dari burung lain, dapat membuat suara-suara yang sudah terekam di dalam memori murai batu tidak hilang.
  7. G = Gender Differences
    Meskipun berat otak antara murai batu jantan dan betina cenderung sama, tetapi terdapat perbedaan yang besar didalam sirkuit otaknya. Perbedaan inilah yang menjadi alasan mengapa murai batu jantan bisa berkicau lebih keras dan variatif daripada murai batu betina. Setelah perbedaan tersebut dipelajari melalui sebuah penelitian, hasilnya menunjukkan bahwa murai batu jantan mempunyai nukleus (high vocal centre) yang lebih besar, bahkan mencapai tujuh kali lipat, dibanding murai batu betina.
  8. H = High Vocal Center
    Otak merupakan kunci dari segala jenis pembelajaran dan lagu kicauan. Jika bagian ini mengalami degradasi maka bisa menimbulkan masalah dalam proses pemasteran murai batu dan pembunyian lagu di kemudian hari. Oleh sebab itu, sering kali dikatakan bahwa murai batu yang gampang dimaster dan pintar membunyikan lagu adalah murai batu yang memiliki nukleus (high vocal centre) lebih besar.
  9. I = Identification
    Manusia bisa mengenali seseorang tanpa melihat secara langsung. Hal ini sering terjadi pada saat melakukan percakapan lewat telepon. Kemampuan yang dimiliki manusia ini ternyata juga dimiliki murai batu. murai batu bisa dengan mudah membedakan suara induknya atau pasangannya dengan suara murai batu yang lain.
  10. L = Linguist Noam Chomsky
    Murai batu yang dibesarkan dalam kondisi terisolasi atau terpisah, setelah dewasa akan membunyikan lagu yang tidak sama dengan lagu MB sejenisnya. Hal ini menunjukkan bahwa lagu kicauan murai batu itu dapat terbentuk dari lingkungannya. Misalnya, murai batu yang disandingkan dengan burung cucak ijo, maka setelah dewasa murai batu tersebut akan membunyikan lagu cucak ijo.
  11. O = Ornithologists
    Pada zaman dahulu, ornitologis digunakan untuk mengidentifikasi lagu kicauan murai batu yang didengar menggunakan data misikal. Data yang obyektif didapat setelah adanya penemuan tape recorder dan kemudian berkembang menjadi sonogram yang menghasilkan suara spektograf yang merupakan perwakilan dari sinyal akustik yang lebih kompleks.
  12. P = Perfect Pitch
    Manusia memiliki kelebihan dalam membedakan antara F dengan M, N, O, C, dan sebagainya yang dikenal dengan istilah pitch. Dalam kaitannya dengan murai batu, pitch digunakan untuk mengklasifikasikan suara. Ada suara yang lebih rendah, lebih tinggi, keras, dan menembak. Penelitian yang dilakukan pada sepuluh murai batu dari spesies yang sama menunjukkan bahwa setiap murai batu memiliki pitch yang berbeda-beda.
  13. Q = Quick Learner
    Sebenarnya, murai batu tidak memerlukan waktu lama untuk dapat merekam suara-suara yang akan dibunyikan di kemudian hari. Proses pemasteran murai batu hanya memerlukan beberapa kali pengulangan saja dari suara yang sama dalam waktu sehari. Seekor murai batu ada yang membutuhkan 20 kali pengulangan dari suara yang sama untuk dapat merekam suara tersebut didalam memorinya. Ada juga yang membutuhkan 15 kali pengulangan dari suara yang sama untuk dapat merekam suara tersebut didalam memorinya.
  14. R = Recognition
    Dalam kondisi yang sangat berisik sekalipun, murai batu dapat mengenali suara dari lawan jenisnya. murai batu juga dapat berkomunikasi dengan baik dengan sesama murai batu yang lain. Di alam habitatnya yang asli, murai batu selalu mendengar suara yang berisik setiap hari, mulai dari debur ombak, suara angin, gemericik air, dan sebagainya. Namun, suara yang berisik itu lagi-lagi tidak menyulitkan murai batu dalam mengenali suara dan berkomunikasi dengan baik dengan sesama murai batu yang lain. Terkait dengan pendengarannya, pitch merupakan faktor yang sangat menentukan dalam komunikasi murai batu.
  15. S = Syllable
    Pada manusia, percakapan dibentuk oleh unit yang disebut “phonemic”. Sedangkan pada murai batu percakapan dibentuk oleh sebuah proses yang disebut “syllable” seperti contoh berikut. murai batu pejantan diletakkan di dekat murai batu betina dengan sangkar yang terpisah, namun tetap berdampingan. Pemilik murai batu tersebut lantas menyorotkan lampu senter ke arah murai batu pajantan dengan interval yang berbeda-beda untuk mengganggu burung tersebut saat berkicau atau menarik perhatian murai batu betina. Hasilnya, murai batu pejantan hampir selalu berhenti berkicau di antara syllable (waktu jeda yang alami) dan hanya sesekali terganggu secara syllable.
  16. T = Turkey
    Murai batu termasuk kedalam jenis burung penyanyi. Untuk burung jenis penyanyi, suara atau lagu yang dibunyikan adalah hasil dari proses pemasteran murai batu dan bukan warisan. Berbeda halnya dengan burung-burung yang tidak masuk kedalam burung penyanyi, seperti perkutut, derkuku, merpati, dan burung unta. Untuk burung jenis ini, suara atau lagu yang dibunyikan adalah hasil warisan, bukan hasil dari proses pembelajaran.
  17. U = Use Is or Lose IT
    Murai batu memiliki kecenderungan untuk menirukan suara-suara yang mirip dengan suara induk atau spesiesnya, terutama dalam hal variasi lagu. Sangat tidak mungkin murai batu bisa menirukan suara-suara burung jenis lain, kecuali jika dipelihara di lingkungan burung jenis lain sejak kecil.
  18. V = Volume
    Volume yang dimaksud disini adalah volume otak. Jika diperhatikan secara detail, lagu yang dibunyikan murai batu hutan sangat berbeda pada tiap-tiap musim. Jika memasuki musim kawin maka lagu yang dibunyikan murai batu hutan bisa menjadi lebih keras dan lebih bervariasi. Belum lama ini, sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa pembentukan atau perkembangan sel neuron murai batu hutan dihasilkan pada bulan oktober, dimana bulan tersebut masuk dalam masa kawin. Oleh sebab itu bagi para kicau mania yang ingin menangkar murai batu hutan, hal ini bisa menjadi acuan kapan harus membeli dan memaster murai batu hutan.
  19. W = Wingstroking
    Lagu-lagu yang dibunyikan murai batu jantan saat merayu akan membuat MB betina menunjukkan tanda-tanda ketertarikan, diantaranya adalah dengan menggeleparkan sayap-sayapnya atau istilah akrabnya “ ngleper”. Perilaku ngleper murai batu batina ini akan semakin memancing murai batu jantan untuk kembali membunyikan lagu-lagu yang disukai murai batu betina.

Sofwan

Testing, mangan kates iku penting...

Tulisan Terkait

1 Komentar

Tinggalkan sebuah Komentar