Breeding Murai Batu, Problem & Solusinya (# 2)

Seperti halnya penangkaran burung pada umumnya, breeding murai batu membutuhkan lingkungan yang tenang. Paling tidak, harus terbebas dari gangguan predator (kucing, tikus, dan lain-lain). Sementara untuk menghindarkan burung dari serangan penyakit yang berasal dari parasit, maka kita harus memastikan kandang yang relatif bebas parasit dan serangga pengganggu seperti semut dan kecoak.
Parasit pengganggu burung di penangkaran ada macam-macam. Jika tidak ditangani secara serius, maka akan menyebabkan betina tidak nyaman dalam mengeram. Akibatnya, burung tidak tenang dan selalu turun dari sarang. Jika ini berulang terjadi, maka dipastikan telur tidak dapat menetas karena tidak mendapatkan suhu pengeraman yang stabil. Kadang-kadang, gangguan parasit juga menyebabkan indukan berlaku agresif dan bisa mengobrak-abrik sarang, makan telur sendiri, dan lain-lain.
Selama masa mengeram, extra fooding perlu dikurangi dengan tujuan agar kedua burung tidak naik berahinya yang sering menyebabkan mereka berlaku agresif baik terhadap pasangan maupun terhadap telur yang sedang dierami. Setelahn usai pengeraman 14 hari, maka telur burung murai batu akan menetas. Untuk mengantisipasi masa menetas, maka mulai hari ke-12 pengeraman, anda perlu meningkatkan jumlah ekstra fooding dan menyediakan kroto sebagai pakan pertama yang akan diberikan indukan kepada anakannya.
Kebanyakan penangkar yang melakukan breeding murai batu pernah mengalami hal ini, indukan murai batu memakan telurnya sendiri, bisa indukan yang jantan ataupun indukan betina, banyak penyebab yang bisa menjadi penentu dari kejadian tersebut diantaranya yang pernah saya selidiki :

  1. Indukan masih terlalu muda umur belum begitu matang untuk berproduksi
    Resiko mengawinkan indukan yang masih terlalu muda, biasanya indukan tersebut cenderung tidak stabil dan belum matang untuk mengurus anak.
  2. Indukan memasuki masa berahi terlalu cepat setelah proses bertelur terjadi
    Biasanya ini sering terjadi pada indukan jantan, indukan jantan yang terlalu berahi cenderung mengacak-acak sarang dan mematuk telur, solusinya pisahkan pejantan tersebut dan kurangi extra fooding dan faktor lain yang memicu berahi seperti dijauhkan dari betinanya, kurangi penjemuran dsb sehingga saat dijodohkan nantinya berahi bisa dikontrol. Jika indukan betina yang terlalu cepat berahi biasanya enggan untuk mengerami telur dan cenderung mematuk telur juga.
  3. Adanya predator pengganggu
    Banyak sekali hewan pengganggu yang sering berkunjung ke sarang murai batu diantaranya semut merah, cicak, kadal/bengkarung, tikus dan terkasdang kecoa bahkan kodok pun sering masuk ke kandang murai batu walaupun tidak sampai ke tempat telur namun hewan-hewan ini bisa mengganggu ketenangan sang induk.
  4. Tempat bertelur kurang nyaman
    Sebisa mungkin buat tiga buah sarang yang berbeda tempat dan bentuk untuk murai batu bertelur, dan biarkan indukan yang memilihnya.
  5. Sarang terlalu panas
    Hindari tempat sarang yang terlalu tinggi dan berhadapan langsung dengan matahari siang. Jika sudah terlanjur seperti itu keadaannya usahakan tutup bagian atas sarang yang langsung terkena matahari siang.
  6. Sarang terkena kutu/hama lain
    Biasakan jangan terlalu lama dan terlalu banyak menyimpan material di sarang murai batu akibatnya material tersebut lembab, basah dan berjamur akibatnya mendatangkan kutu kecil dan hama lain yang tentu saja mengganggu ketenangan indukan saat mengerami telur, biarkan indukan murai batu sendiri yang membuat sarang kita hanya menaburnya saja di tempat yang bersih.
  7. Indukan kurang kalsium dan gizi lainnya
    Kekurangan kalsium pada indukan juga bisa menyebabkan indukan memakan telurnya sendiri, solusinya cukupi kebutuhan gizi indukan dengan memberikan extra fooding yang beragam dan vitamin untuk murai batu /Breeding hai ini biasanya terjadi pada indukan yang terlalu lama dipelihara dalam kandang soliter dan kurang gizi.
  8. Terlalu sering diganggu
    Ada beberapa indukan yang tidak berpengaruh apapun jika sering melihat-lihat sarangnya, namun kebenyakan indukan butuh privasi dalam proses perkembangbiakan terutama saat mengerami telur, usahakan meminimalkan kebiasaan menengok sarang, sebisa mungkin mengganti pakan 4 hari sekali/seminggu 2 kali. Kalaupun ingin memantau perkembangannyaboleh menggunakan kamera cctv yang dipasang di kandang penangkaran.
  9. Terganggu indukan yang lain
    Walaupun jarang dialami penangkar, namun ada beberapa indukan betina akan sangat terganggu dan memakan telurnya sendiri jika mendengar pejantan lain yang gacor/indukan lainnya di sekitar sarang, untuk indukan seperti ini solusinya kandang penangkaran tidak bisa berdekatan dengan kandang murai batu yang lainnya/disendirikan.
  10. Indukan betina terpisah dengan pejantannya
    Meski poligami bisa dilakukan dalam menangkar murai batu, namun ada beberapa indukan betina yang tidak bisa dipisahkan dengan pejantannya, solusinya biarkan pasangan indukan ini membesarkan anaknya bersama-sama.
  11. Pakan yang sedikit/kurang mencukupi
    Saat indukan memasuki masa produksi usahakan kebutuhan pakan terutama extra fooding tetap terpenuhi terutama saat memasukimmasa penetasan telur, kekurangan pakan sangat mungkin membuat indukan membunuh anaknya sendiri/mematuk telur yang sedang dierami.
  12. Indukan memasuki masa mabung
    Sangat mungkin terjadi, jika indukan mendekati masa mabung namun tetap kita breeding indukan akan memakan telurnya dikarenakan secara insting indukan tidak bisa beraktifitas lebih untuk membesarkan dan memberi makan anaknya, sebaiknya indukan yang mendekati mabung jangan dibreeding.

Sofwan

Testing, mangan kates iku penting...

Tulisan Terkait

Tak Ada Komentar

Tinggalkan sebuah Komentar